Sekarang Saatnya Memperluas Akses Listrik yang Lebih Mudah
Kondisi dunia saat ini semakin memburuk. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam sambutannya untuk Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2021 mengingatkan bahwa saat ini kita sedang mengalami kerusakan ekosistem, peningkatan emisi gas rumah kaca global, dan bencana iklim. Ini adalah tantangan yang perlu diatasi semua orang.
Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun ini karenanya diarahkan pada upaya memulihkan ekosistem dengan menata kembali, menciptakan kembali, dan memulihkan (Reimagine, Recreate, Restore). Kita perlu bersama-sama mencegah dan membalik kerusakan alam, termasuk dalam pemanfaatan energi. Penggunaan energi fosil secara besar-besaran menghasilkan gas rumah kaca dalam jumlah besar yang akhirnya mendorong perubahan iklim. Pengurangan pemanfaatan energi fosil dan peningkatan porsi energi terbarukan secara signifikan kemudian menjadi bagian penting dari pemulihan ekosistem.
Indonesia, seperti banyak negara lain sangat tergantung pada energi fosil, termasuk untuk pembangkitan listrik. Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral dalam Buku Statistik Energi dan Ekonomi 2019 melaporkan bahwa bauran energi Indonesia terdiri dari 37,28% batubara, 35,03% minyak bumi, 18,51% gas, dan hanya 9,18% di antaranya yang berasal dari energi terbarukan. Sudah saatnya kita beralih ke sumber energi baru dan terbarukan, yang lebih bersih dan ramah lingkungan, dan dia antaranya adalah penggunaan energi surya.
Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk membangkitkan listrik dari energi surya. IESR (2021) melaporkan bahwa potensi pemanfaatan tenaga surya di Indonesia adalah 4.705 TWh sampai 276.972 TWh per-tahun, atau sampai 95x perkiraan nasional saat ini.
Pemanfaatan energi surya juga dapat menjawab tantangan geografis dan teknologi yang dihadapi dalam peningkatan rasio elektrifikasi, baik di Indonesia maupun Timor-Leste. Pembangkitan listrik menggunakan tenaga surya menghasilkan energi yang bersih dan membutuhkan air dalam jumlah sangat sedikit. Penggunaan energi baru dan terbarukan ini dapat membantu pemerintah memenuhi peningkatan permintaan terhadap listrik tanpa tambahan emisi karbon dan kebutuhan air.
Pada kenyataannya, meskipun kita sudah mengetahui solusi untuk mengurangi kerusakan ekosistem dunia, khususnya Indonesia, masih banyak masalah yang perlu segera ditangani. Minimnya kemajuan teknologi akibat infrastruktur yang belum memadai dan kondisi geografis menjadi pekerjaan rumah semua.
UNDP Indonesia memulai proyek Accelerating Clean Energy Access to Reduce Inequality (ACCESS) di Indonesia dan Timor-Leste dengan dukungan Korea International Cooperation Agency (KOICA) untuk memberikan akses terhadap layanan dasar, khususnya listrik dan air bersih melalui pengembangan pembangkit listrik tenaga surya komunal di Indonesia serta pompa air tenaga surya dan lampu hemat energi di Timor-Leste. Secara khusus proyek ini ditujukan bagi kelompok paling miskin dan rentan di kedua negara.
Proyek ini ditujukan untuk menyediakan listrik dan air bersih bagi lebih dari 20.000 orang di dua puluh tiga desa di Indonesia dan dua puluh lima desa di Timor Leste serta pembentukan badan usaha lokal sebagai lembaga pengelola. Proyek ini juga diharapkan mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Kami meyakini proyek ini dapat memperluas akses terhadap listrik yang lebih mudah di Indonesia dan Timor-Leste.