Pentingnya Dukungan Peran Pria: Katalisator Gender di Sektor Energi
Dalam upaya mencapai kesetaraan gender dan inklusi sosial (GESI) di sektor energi, peran suportif mitra laki-laki muncul sebagai kekuatan transformatif. Keterlibatan mereka tidak hanya memperkuat suara atau peran perempuan, tetapi juga menumbuhkan lingkungan yang mendukung perkembangan kedua gender. Kisah ini mengeksplorasi dampak mitra laki-laki di masyarakat, menyoroti bagaimana dukungan mereka mengkatalisasi integrasi pertimbangan gender ke dalam kebijakan dan proyek energi.
Proyek ACCESS, yang ditujukan untuk mengintegrasikan GESI ke dalam inisiatif energi, telah menyaksikan perubahan di seluruh desa sasaran. Di Indonesia, proyek ini menargetkan masyarakat pedesaan di mana akses ke sumber daya energi sangat terbatas, dan peran gender tradisional masih mengakar secara kuat. Dalam hal ini, perempuan sering kali mendapati diri mereka dikesampingkan baik dalam proses pengambilan keputusan maupun operasi teknis dalam sektor energi. Namun, proyek ACCESS telah mengkatalisasi perubahan, yang menunjukkan bahwa dukungan mitra laki-laki dapat membuka jalan bagi peningkatan partisipasi perempuan.
Di banyak desa sasaran, perempuan yang bercita-cita menjadi operator energi menghadapi hambatan yang signifikan, terutama tantangan yang berasal dari norma budaya. Namun, para mitra pria mulai melangkah maju dan menantang norma-norma ini. Misalnya, di sebuah desa di Nusa Tenggara Timur (NTT), seorang perempuan bernama Sari bermimpi menghadiri sesi pelatihan di Jakarta untuk meningkatkan keterampilannya dalam pengelolaan energi surya. Ibu Sari awalnya ragu, namun suaminya yaitu Alex menyadari potensi manfaatnya bagi komunitas mereka. "Saya tahu bahwa jika Sari berhasil, kita semua akan mendapat manfaat," katanya. Mendorongnya untuk maju dan melanjutkan pelatihan. Alex mengambil tanggung jawab rumah tangga tambahan, memastikan Sari dapat fokus pada keterlibatannya selama sesi pelatihan. Sekembalinya, Alex terlibat dengan Sari dalam materi-materinya, belajar bersamanya, dan memberikan dukungan praktis dalam peran barunya sebagai operator lokal.
Perjalanan pemberdayaan perempuan tidak berhenti pada kisah-kisah perorangan. Selama kunjungan lapangan di Timor-Leste, calon operator perempuan mengungkapkan ambisi mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan di masing-masing aldeia (tingkat administratif keempat dalam pembagian wilayah Timor Leste). Namun, mereka sering menghadapi skeptisisme dari komunitas mereka. Dalam satu contoh yang sangat inspiratif, Lucia Perreira, kepala Aldeia Moleana di Kotamadya Bobonaro, muncul sebagai mercusuar harapan. Dengan dukungan penuh dari suaminya, Lucia menghancurkan norma-norma patriarki tradisional. Ia secara aktif berpartisipasi dalam diskusi tentang kesetaraan gender dan bahkan menyelenggarakan pertemuan masyarakat untuk mengadvokasi peran perempuan dalam kepemimpinan dan tugas-tugas teknis. Kolaborasi mereka menginspirasi laki-laki lain di masyarakat untuk merenungkan peran mereka sendiri, yang memicu efek perubahan yang berkelanjutan.
Inti dari transformasi ini adalah fasilitator desa, yang memainkan peran penting dalam menerjemahkan prinsip-prinsip GESI menjadi strategi yang relevan secara lokal. Awalnya prinsip ini menghadapi penolakan dari laki-laki yang terbiasa dengan peran gender tradisional, namun para fasilitator mengadopsi pendekatan yang berorientasi pada keluarga. Mereka melibatkan laki-laki dalam diskusi tentang tanggung jawab bersama dan manfaat mendukung istri mereka. Misalnya, dengan mendorong para ayah untuk mengambil tugas mengasuh anak, mereka mulai menghilangkan ekspektasi gender yang sudah lama ada. Sesi-sesi praktis ini menciptakan ruang yang aman untuk dialog terbuka, yang memungkinkan laki-laki untuk mengungkapkan ketakutan dan ketidakpastian mereka sambil menumbuhkan pemahaman yang lebih dalam tentang kesetaraan gender.
Dampak dari pasangan laki-laki yang mendukung peran perempuan, dirasakan melampaui tidak hanya dirasakan di dalam rumah tangga. Ketika para pria ini menjadi pejuang kesetaraan gender dan memberikan dukungan yang nyata, mereka menjadi contoh bagi orang lain di masyarakat mereka. Alex, misalnya, tidak hanya mendukung Sari tetapi juga berperan sebagai mentor bagi laki-laki lain, yang menunjukkan bahwa keterlibatan mereka tidak hanya bermanfaat tetapi juga penting.
Kisah-kisah mitra laki-laki yang mendukung dalam proyek ACCESS menggambarkan potensi transformatif dari kolaborasi dalam mempromosikan kesetaraan gender di sektor energi. Dengan secara aktif menantang norma-norma tradisional dan mengadvokasi istri mereka, para pria ini berkontribusi pada lingkungan yang lebih adil di mana kedua gender dapat terlibat dan berkembang. Keterlibatan mereka berfungsi sebagai pengingat bahwa kesetaraan gender bukan hanya masalah perempuan tetapi tanggung jawab kolektif yang memperkaya masyarakat secara keseluruhan. Seiring dengan terus berkembangnya sektor energi, kehadiran para pejuang laki-laki akan menjadi sangat penting dalam menciptakan masa depan yang berkelanjutan dan inklusif bagi semua orang.