Elektrifikasi merupakan salah satu faktor penting untuk mengurangi ketimpangan ekonomi antarwilayah dan negara. Sama seperti negara kepulauan lainnya, bagi Indonesia sendiri elektrifikasi merupakan tantangan yang harus dihadapi mengingat situasi geografis negara dan anggaran pemerintah yang terbatas untuk menghubungkan semua 82.000 desa yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Kementerian ESDM menyebutkan pada 2019 terdapat sekitar 2.500 desa tanpa atau minim akses listrik dan sebagian besar berada di provinsi timur Indonesia. Di sisi lain, Indonesia telah menetapkan target porsi energi terbarukan sebesar 23% dalam bauran energi primer pada tahun 2025, sebagaimana tertuang dalam Kebijakan Energi Nasional (Peraturan Pemerintah No. 79/2014). Peningkatan proporsi energi terbarukan ini sejalan dengan Paris Agreement Indonesia. Sektor energi diperkirakan akan mengurangi 314 juta ton CO2 dari emisi gas rumah kaca negara seperti biasa pada tahun 2030.
Proyek ACCESS di Indonesia akan mengatasi masalah ini dengan membangun pembangkit listrik tenaga solar-PV komunal di lokasi yang tidak didanai oleh pemerintah. Proyek ini akan menyediakan akses listrik dengan memanfaatkan sumber daya energi terbarukan dan melengkapi program elektrifikasi pedesaan dan energi terbarukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Pembangkit listrik tenaga solar-PV akan dilengkapi dengan sistem pemantauan jarak jauh untuk memungkinkan monitor dari jauh dan tepat waktu dari sistem pembangkit listrik tenaga solar-PV, termasuk informasi yang akan digunakan untuk verifikasi pengurangan emisi gas rumah kaca.
Keberlanjutan proyek ACCESS menjadi prioritas dalam implementasi pembangkit listrik tenaga solar-PV. Dengan demikian, operator dan fasilitator untuk setiap pembangkit listrik akan dilatih secara lokal untuk memastikan keberlanjutan pembangkit listrik dan meningkatkan pendidikan lokal mengenai pembangkit energi dan pemeliharaan solar-PV secara paralel. Untuk lebih memastikan keberlanjutan tersebut, lembaga lokal akan dibentuk untuk setiap desa untuk mengatur kondisi finansial yang stabil agar system pembangkit listrik ini dapat berjalan dengan lancar.
Proyek ACCESS juga akan memfasilitasi pertukaran standar teknis, keterampilan dan pengalaman dari Indonesia ke Timor-Leste sebagai bagian dari Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular (South-South Triangular Cooperation, SSTC) untuk menyediakan listrik dan air bersih, terutama dalam hal identifikasi sumber air, rekayasa, pengadaan, dan pemasangan pompa air tenaga solar-PV serta lampu tenaga surya hemat energi di desa-desa sasaran di Timor-Leste karena elektrifikasi pedesaan dan akses air bersih tetap menjadi tantangan dan prioritas pembangunan negara tersebut.
Tujuan dari proyek Accelerating Clean Energy Access to Reduce Inequality (ACCESS) adalah untuk memberikan akses yang adil dan berkelanjutan ke layanan dasar kepada kelompok masyarakat miskin dan paling rentan agar dapat meningkatkan kualitas kehidupan mereka. Proyek ACCESS akan dilaksanakan pada tahun 2020-2023 di 23 desa di 4 provinsi di Indonesia (Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara dan Kalimantan Tengah) dan 25 desa di 3 kotamadya Timor-Leste (Kotamadya Dili Atauro, Bobonaro dan Manatuto). Proyek ACCESS ini didanai dari hibah Korea International Cooperation Agency (KOICA) sebesar USD 18.028.509, yang kemudian dialokasikan untuk Indonesia sebesar USD 15.028.509 dan Timor Leste sebesar USD 3 juta.
Pada akhir proyek, dengan minimal 30% perempuan sebagai penerima manfaat langsung dan sesuai dengan perlindungan sosial-lingkungan, Proyek ACCESS diharapkan menghasilkan akses listrik untuk setidaknya 20.000 orang di Indonesia dan Timor-Leste, dan akses air bersih untuk 3.500 orang di Timor-Leste dari total instalasi sekitar 1,2 Mega Watt pembangkit listrik tenaga solar-PV komunal, meningkatkan kapasitas teknis 80 warga lokal dan meningkatkan keberlanjutan infrastruktur energi bersih yang dibangun di tingkat desa dengan pembentukan lembaga pelayanan energi lokal.