Proyek ACCESS Mendukung Transisi Energi yang Perlu Segera Dilakukan
Energi menjadi suatu kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan. Mulai dari aktivitas pendidikan, perekonomian, sosial, dan aktivitas-aktivitas lainnya membutuhkan energi agar dapat berjalan dengan lancar. Sayangnya, hingga saat ini energi berbahan bakar fosil masih mendominasi pemenuhan kebutuhan energi nasional maupun internasional, seperti minyak, gas bumi, dan batu bara, yang akan habis suatu saat nanti.[1]
Berdasarkan prediksi persediaan energi fosil pada tahun 2021, cadangan minyak dan gas bumi di Indonesia secara berturut-turut hanya akan bertahan hingga 9,5 dan 19,9 tahun mendatang. Hal ini berdasarkan data cadangan tahun 2020, di mana produksi minyak dan gas bumi yang dihasilkan berturut-turut sebesar 700 ribu Barrel Oil Per Day (BOPD) dan 6 Billion Standard Cubic Feet Per Day (BSCFD), serta jika tidak terdapat penemuan cadangan minyak dan gas bumi baru.[2]
Dampak Buruk Penggunaan Energi Fosil
Selain tidak dapat diperbarui, penggunaan energi berbahan bakar fosil juga menghasilkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang menyebabkan pencemaran udara, pemanasan global, perubahan iklim, dan kerusakan-kerusakan lingkungan lainnya. Pada tahun 2021, peningkatan emisi GRK global yang dihasilkan dari sektor energi mencapai nilai tertingginya, yaitu sebesar 6%. Selain itu, temperatur rerata global juga meningkat 1,1oC dibandingkan tahun 1850 – 1900.[3]
Pemanasan global yang terjadi menyebabkan perubahan iklim yang berdampak buruk bagi kehidupan di muka bumi. Beberapa dampak buruk perubahan iklim yaitu kebakaran hutan menjadi lebih sering terjadi, badai destruktif menjadi lebih parah, kasus kekeringan meningkat di berbagai wilayah, volume dan suhu lautan meningkat, terjadinya kepunahan spesies dan kekurangan makanan, meningkatnya risiko kesehatan, serta meningkatnya kemiskinan dan pemindahan.[4] Hal ini menjadi permasalahan serius global yang harus segera diatasi.
Energi Terbarukan Dapat Menurunkan Emisi GRK
Selain berperan dalam memenuhi kebutuhan energi bersih, energi terbarukan juga sangat berperan dalam menurunkan emisi GRK. Pada tahun 2021, penurunan emisi GRK Indonesia di sektor energi mencapai 69,5 juta ton CO2 yang sebagian besar dicapai melalui pemanfaatan energi terbarukan (43,7%). Selain itu, penurunan emisi juga dicapai melalui penerapan efisiensi energi (21%), penggunaan bahan bakar rendah karbon (17,3%), pemanfaatan teknologi pembangkit bersih (13,5%), dan kegiatan-kegiatan lainnya (4,5%).[1] Oleh karena itu, transisi energi menuju pemanfaatan energi terbarukan perlu segera dilakukan.
Proyek ACCESS Mendukung Komitmen Net Zero Emission
Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, menyampaikan bahwa Indonesia akan mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat.[5] Guna mencapai tujuan tersebut, berbagai kebijakan dan proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga energi terbarukan banyak dilaksanakan, di antaranya yaitu proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang sedang dilaksanakan oleh Proyek ACCESS UNDP. PLTS tersebut dibangun di 23 desa di empat provinsi di Indonesia (Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, dan Kalimantan Tengah) dengan total kapasitas mencapai 1,2 MWp.
Tidak hanya sekadar membangun PLTS, Proyek ACCESS UNDP juga memperhatikan aspek-aspek keberlanjutan lainnya, seperti menyiapkan operator lokal yang bertugas untuk pemasangan dan pemeliharaan PLTS, meningkatkan kapasitas operator lokal melalui pelatihan dan konsultasi, pendirian usaha pelayanan energi terbarukan di tingkat lokal, dan lain sebagainya. Hal tersebut bertujuan agar eksistensi PLTS yang dibangun dapat berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.
Keterlibatan Semua Pihak Sangat Diperlukan
Pemanfaatan energi terbarukan memberikan efek domino positif yang besar bagi setiap aspek kehidupan. Oleh karena itu, dukungan, sinergi, dan kolaborasi dalam melakukan upaya transisi energi perlu terus diperkuat antar berbagai pihak, termasuk antara semua lembaga pemerintah, organisasi, perusahaan, pengusaha, akademisi, dan seluruh masyarakat umum. Dengan demikian, Indonesia diharapkan dapat mencapai target transisi energi dan penurunan emisinya yang akan berdampak baik bagi Indonesia khususnya, dan dunia umumnya.
Penulis: Dawam Faizul Amal
Referensi:
- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), “Capaian Kinerja Sektor ESDM Tahun 2021 & Rencana 2022,” 2022.
- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), “Menteri ESDM: Cadangan Minyak Indonesia Tersedia untuk 9,5 Tahun dan Cadangan Gas 19,9 Tahun,” Jan. 19, 2021. https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/menteri-esdm-cadangan-minyak-indonesia-tersedia-untuk-95-tahun-dan-cadangan-gas-199-tahun (accessed Mar. 20, 2023).
- United Nations, “The Sustainable Development Goals Report,” 2022.
- Perserikatan Bangsa - Bangsa Indonesia, “Apa Itu Perubahan Iklim? ,” 2023. https://indonesia.un.org/id/172909-apa-itu-perubahan-iklim (accessed Mar. 20, 2023).
- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), “Masa Transisi Energi Menuju Net Zero Emission,” Feb. 19, 2022. https://ebtke.esdm.go.id/post/2022/02/21/3091/masa.transisi.energi.menuju.net.zero.emission?lang=id (accessed Feb. 16, 2023).