Kisah dari Lapangan: Mengikat Makna dengan Gambar
Setahun setelah diluncurkan, Proyek ACCESS (Accelerating Clean Energy Access to Reduce Inequalities) saat ini mengerjakan tahapan persiapan untuk pengembangan kapasitas pengelola PLTS komunal di desa penerimanya. Pengembangan kapasitas ini diberikan untuk operator dan tenaga pemeliharaan pembangkit serta pengurus Unit Pengelola Listrik Desa.
Unit Pengelola Listrik Desa atau UPLD adalah salah satu inovasi proyek ACCESS untuk memastikan keberlanjutan manfaat dari bantuan yang diberikan. Melalui UPLD, warga mengelola aset pembangkit yang dihibahkan, termasuk mengoperasikan dan memelihara; serta mengembangkan bisnis untuk mendukung pendanaan PLTS.
Tantangan terbesar yang dihadapi adalah pengetahuan dan pengalaman warga setempat dalam pengelolaan pembangkit listrik tenaga surya. Meski telah menggandeng mitra yang berpengalaman dalam pendampingan masyarakat dan pelatihan pengelolaan pembangkit listrik; melatih dan mempersiapkan masyarakat masih menjadi tantangan yang besar.
“Awalnya kami menetapkan pendidikan minimal SMA untuk calon operator PLTS. Namun ternyata hasil pemetaan menunjukkan tidak banyak lulusan SMA yang tersedia.” Ujar Imas Agustina, Technical Officer Local Capacity Development ACCESS UNDP. “Akhirnya kami harus menyesuaikan modul dan pendekatan pelatihan bagi calon operator. Menyesuaikan dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang ada.”
Tantangan yang sama dihadapi M. Febriman Sitepu, Technical Officer Local Institutional Development ACCESS UNDP, bagaimana membantu para pengurus Unit Pengelola Listrik Desa untuk bisa menyusun model bisnis dan infrastruktur organisasi dan keuangan yang memadai. “Di desa tentu saja sulit menemukan warga yang memiliki pengetahuan tentang pengelolaan bisnis, termasuk keuangan, sehingga perlu dicari cara untuk bisa menyampaikan materi secara mudah.”
Tantangan itu yang berusaha dijawab oleh Shavira Novi Safitri ketika menyusun materi pembelajaran pendampingan badan usaha milik desa untuk para fasilitator desa atau PEAP. Dari berbagai model yang ada, ia memilih menggunakan Business Model Canvas. Model ini membantu memberikan gambaran singkat tentang model bisnis dan tidak memiliki detail yang tidak perlu dibandingkan dengan rencana bisnis tradisional. Sifat visual dari Business Model Canvas membuatnya lebih mudah untuk dirujuk dan dipahami oleh siapa pun.
“Melalui model ini kami mengajak peserta untuk melihat keunggulan, peluang, ancaman, dan tantangan bisnis mereka dengan lebih mudah.” Ujar Shavira. “Selain itu, kita bisa mulai menetapkan pasar, keunggulan produk, dan cara promosi, misalnya dalam satu frame.”
Pendekatan ini diharapkan efektif membantu para pengurus BUMDES dan UPLD untuk mengenali bisnis mereka dengan lebih baik sehingga mereka bisa menyusun rencana kerja yang tepat. Banyak temuan menunjukkan ketiadaan rencana kerja yang memadai menjadi salah satu penyebab kegagalan BUMDES.
Pendekatan visual untuk pembelajaran orang dewasa memang memberikan banyak manfaat, salah satunya sebagaimana disampaikan Dennis R Myers PhD dari Baylor University adalah membantu memberikan wawasan tentang pengalaman biasa dan luar biasa dari orang tua. Peserta didik mampu menghadapi tantangan penuaan fisik, melihat dampak kemiskinan, atau menemukan adaptasi budaya yang unik untuk masalah akhir kehidupan,demikian disampaikan Dennis R Myers PhD dari Baylor University tentang manfaat penggunaan media visual dalam pembelajaran orang dewasa.