Meski berada di tengah pandemi, Indonesia kembali dinobatkan sebagai negara paling dermawan di…" />
Ristifah, PEAP of Wangkolabu, interviewing community member

Kisah dari Lapangan: Gotong Royong Melistriki Desa

January 28, 2022

Meski berada di tengah pandemi, Indonesia kembali dinobatkan sebagai negara paling dermawan di dunia. Predikat tersebut disematkan oleh Charities Aid Foundation (CAF) World Giving Index 2021.

The World Giving Index (WGI) adalah laporan tahunan yang diterbitkan oleh Charities Aid Foundation, menggunakan data yang dikumpulkan oleh Gallup, dan memeringkat lebih dari 140 negara di dunia berdasarkan seberapa dermawan mereka dalam menyumbang.

Pada laporan WGI 2021 Indonesia menempati 2 peringkat teratas dari 3 kategori atau indikator yang menjadi ukuran WGI, yakni menyumbang pada orang asing/tidak dikenal, menyumbang uang dan kegiatan kerelawanan. Hasil penelitian CAF menunjukkan lebih dari 8 (delapan) dari 10 orang Indonesia menyumbangkan uang pada tahun 2021, sementara tingkat kerelawanan di Indonesia tiga kali lipat lebih besar dari rata-rata tingkat kerelawanan dunia.

Kebiasaan berderma dan menyumbang sepertinya memang menjadi bagian dari budaya di Indonesia. Menurut Direktur Filantropi Indonesia, Hamid Abidin, pandemi dan krisis ekonomi nampaknya tidak menghalangi masyarakat Indonesia untuk berbagi. “Masyarakat yang terkena dampak tetap berdonasi uang meski nilai sumbangan lebih kecil, atau berdonasi dalam bentuk lain, seperti barang dan tenaga (relawan). Terbukti di beberapa lembaga sosial dan filantropi jumlah donasi tetap naik, meski peningkatannya tidak setinggi pada saat normal,” katanya.

Pendapat senada disampaikan Alfatih Timur, CEO Kitabisa, sebuah platform penggalangan dana online di Indonesia. "Kami jadi saksi (bagaimana) kita bersama-sama merespons dengan solidaritas dan gotong royong”, ujarnya. Pada tahun 2021 lebih dari 3 juta donatur berdonasi via aplikasi Kitabisa, dan membantu lebih dari 36.000 inisiatif dana sosial.

Selain untuk inisiatif sosial, penggalangan dana sumbangan untuk pembangunan pembangkit listrik desa pernah dilakukan tahun 2018. Saat itu UNDP Indonesia bermitra dengan Kementerian ESDM memperkenalkan model pembiayaan inovatif untuk pengembangan energi bersih. Saat itu Badan Amil Zakat Nasional Baznas memberikan bantuan pendanaan sebesar 4,8 miliar rupiah dan Bank Jatim menyumbang 3,76 miliar rupiah. Pendanaan tersebut digunakan untuk pembangunan dan peremajaan empat unit PLTMH dengan kapasitas total 140kW di Jambi. Keempat unit PLTMH tersebut kemudian menyediakan listrik bagi 4.488 orang, 803 rumah tangga dan fasilitas umum di empat desa di Jambi.

Keberhasilan program ini merupakan salah satu contoh keberhasilan pendekatan gotong royong dalam pembangunan energi bersih di Indonesia. Deputy Resident Representative United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia, Sophie Kemkazhe mengatakan, "Pembangunan empat unit PLMTH di Jambi ini menjadi contoh pertama di Indonesia mengenai pembangunan listrik pedesaan dengan pola kemitraan UNDP, EBTKE-ESDM, Baznas, sektor swasta (Bank Jambi) dan pemerintah. Kerjasama pembangunan listrik ini penting memberdayakan masyarakat lokal dan meningkatkan pencapaian SDGs”.

Membangun Partisipasi di Aras Lokal

Belajar dari pengalaman itu, proyek ACCESS UNDP memasukkan sumbangan warga sebagai bagian dari pendanaan pemanfaatan energi bersih pedesaan. ACCESS atau Accelerating Clean Energy Access to Reduce Inequalities Project adalah proyek kemitraan antara UNDP dan Kementerian ESDM atas pembiayaan Korea International Cooperation Agency (KOICA) untuk pengembangan energi bersih di Indonesia.

Proyek ini menargetkan pemberian akses listrik bagi 20.000 orang di Indonesia dan Timor-Leste pada tahun 2023 melalui pembangunan PLTS komunal untuk 23 desa di empat provinsi di Indonesia serta pembagian lampu tenaga surya hemat energi bagi warga 25 desa di empat kota di Timor-Leste.

Untuk memfasilitasi partisipasi warga dalam pembangunan PLTS tersebut, ACCESS sejak September 2021 menerjunkan para fasilitator desa untuk mendampingi dan meningkatkan kapasitas warga lokal dalam pengoperasian dan pemeliharaan PLTS.

Saat ini ACCESS sedang memfasilitasi rembuk desa terkait mekanisme dan besaran iuran ini. “Skema yang ditawarkan kepada warga adalah iuran tetap dengan jumlah yang disepakati bersama oleh warga.” terang Technical Officer Institutional Building ACCESS, Muhammad Febriman Sitepu. Penetapan besaran iurannya akan memperhitungkan kemampuan dan kesediaan warga untuk membayar iuran listrik.

Tidak hanya melalui iuran, warga juga menyumbangkan lahan untuk lokasi untuk pembangunan PLTS. Dari 23 lokasi pembangunan, 16 di antaranya dilaksanakan di atas tanah sumbangan warga.  Sumbangan ini sejatinya merupakan harapan akan keberlanjutan manfaat proyek.

“Warga yakin akan manfaat proyek ini bagi kehidupan mereka sehingga mau menyumbang” kata Riodi SL, kepala desa Muara Ripung. “Kami sangat menghargai dukungan mereka, sehingga ketika dana tersedia, kami kemudian membeli lahan tersebut dan sekarang sedang dalam proses sertifikasi”. Di Muara Ripung, tanah untuk pembangunan awalnya adalah sumbangan warga, namun kemudian pemerintah desa membeli dan mengurus sertipikatnya sebagai lahan desa.

© 2021 - ACCESS