Elektrifikasi Pedesaan Tidak Hanya Memberi Cahaya
Pemberdayaan masyarakat dengan listrik secara signifikan mendorong pembangunan infrastruktur, ekonomi, dan masyarakat, menurut Burke et al., 2018. Sejalan dengan itu, pada tahun 2030, berdasarkan SDG (Sustainable Development Goal) 7, masyarakat bertujuan untuk memastikan akses universal layanan energi yang terjangkau, andal, dan modern. Menteri ESDM mengatakan Indonesia telah mencapai rasio elektrifikasi nasional 99,2%, namun 433 desa masih belum teraliri listrik, dan 3.100 desa bergantung pada lampu tenaga surya untuk penerangan (Merdeka,18/6).
Pemerintah berencana memprioritaskan akses untuk semua desa tahun ini, tetapi mengapa penting untuk memberdayakan desa? Khandker, Barnes, dan Samad (2009) mengatakan bahwa ketiadaan listrik merupakan salah satu hambatan utama bagi pembangunan ekonomi di daerah pedesaan.
Listrik memberikan akses ke sarana yang lebih bagus untuk meningkatkan produksi. Orang-orang membutuhkan lebih sedikit waktu untuk memasak, mendinginkan ikan pada tempat penyimpanan, dan membuka toko sampai larut malam. Akses energi yang memadai mengarah pada penghematan waktu, jam produktivitas yang lebih banyak, dan peningkatan akses ke pasar (Bernard dan Torero, 2011). Meningkatkan produksi merupakan langkah penting untuk keluar dari kemiskinan.
Semakin Banyak Listrik, Semakin Banyak Pekerjaan
Produktivitas yang lebih tinggi membantu orang menghasilkan lebih banyak pendapatan dan memperoleh kebutuhan penting untuk kehidupan mereka seperti kesehatan, pendidikan, dan lingkungan yang lebih baik. Usaha kecil akan tumbuh mengikuti perluasan pasar, kemudian meningkatkan investasi dan melipatgandakan ukuran ekonomi. Investasi tersebut akan menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru dan membantu mendistribusikan kemakmuran bagi bangsa.
Investasi pertumbuhan tersebut juga akan membatasi urbanisasi ke pusat kota yang sudah jenuh (Bernard, 2012). Dengan menghadirkan modernitas dan sumber energi yang dapat diandalkan untuk mendukung kegiatan ekonomi, baik pertanian maupun non-pertanian, pemerintah berharap listrik akan membatasi migrasi desa ke kota.
Namun meski hanya 0,8% penduduk yang belum teraliri listrik, elektrifikasi last-mile ini merupakan yang paling mahal dan paling lama dibandingkan dengan upaya menjangkau akses hampir universal itu sendiri. Desa-desa yang tersebar di nusantara telah meningkatkan biaya yang dibutuhkan untuk menyediakan infrastruktur, termasuk listrik. Namun, Pemerintah dan dunia telah mencontohkan urgensi dan pentingnya elektrifikasi di daerah pedesaan untuk mengembangkan warga last-mile dan mencapai kemajuan.
Elektrifikasi pedesaan merupakan langkah penting untuk meningkatkan wilayah kerja, meningkatkan produksi dan mencegah urbanisasi; namun, ada juga kebutuhan untuk mengevaluasi dampak untuk menentukan apakah intervensi relevan dan hemat biaya atau tidak.
Sebagai dukungan internasional untuk upaya ini, Program Pembangunan PBB, melalui inisiatif ACCESS, bertujuan untuk menanam panel surya berkelanjutan untuk mengembangkan 23 desa di Indonesia sebagai jalur untuk meningkatkan potensi daerah terpencil ini. Pembangunan 23 pembangkit listrik tenaga surya off-grid dan peningkatan kapasitas perusahaan lokal diproyeksikan untuk mengembangkan produktivitas masyarakat.
Elektrifikasi pedesaan memberikan penerangan kepada masyarakat dan memberikan kesempatan untuk kualitas hidup yang lebih baik.
###
Penulis: Adream Bais Junior, Communication ACCESS Project